Featured Video

Selasa, 14 Juni 2011

siwak, dalam kacamata islam dan kedokteran gigi

siwak, dalam kacamata islam dan kedokteran gigi
dalam sebuah pertemuan kuliah agama Islam, kami diberi sebuah skenario untuk dibaca dan dicermati, kemudian dibuat essaynya:
Suatu saat dalam masjid ada seorang mengambil benda dalam sakunya berupa batangan (berwarna abu-abu kecoklatan) kemudian dengan benda tersebut dimasukkan ke dalam mulut dan menggerak-gerakkannya dalam rongga mulut. Setelah beberapa saat kemudian benda tersebut langsung dimasukkan kembali ke dalam saku bajunya, kemudian melakukan sholat.
1.      Pekerjaan apakah yang terlihat-dilakukan oleh seseorang tersebut ?
2.      Bagaimanakah tanggapan anda bila hal tersebut dirunut kembali pada sunnah Rasululloh saw ? Dan bagaimanakah Rasul melakukan hal tersebut ?
3.      Bagaimana tanggapan anda bila hal tersebut dikaji dari aspek kesehatan gigi ? Dan bagaimanakah yang seharusnya dilakukan sehingga memenuhi aspek kesehatan dan sunnah Rasul ?
setelah searching kesana kemari, saya menemukan menyimpulkan jawaban sebagai berikut:
Skenario di atas menggambarkan seseorang yang mengambil benda dalam sakunya berupa batangan (berwarna abu-abu kecoklatan) kemudian dengan benda tersebut dimasukkan ke dalam mulut dan menggerak-gerakkannya dalam rongga mulut, orang itu mungkin sedang bersiwak. Siwak (miswaak, siwak, sewak) adalah ranting pembersih gigi, terbuat dari ranting pohon Salvadora persica yang juga dikenal sebagai pohon arak atau pohon. Siwak telah dikenal sebelum Islam, tetapi Islam menambahkan perspektif agama untuk penggunaannya (Safar Tour, 2010).
Mengikuti perbuatan Rasul telah diperintahkan dalam firman Allah, “Dan apa saja yang dibawa oleh Rasul, maka ambillah. Sedangkan apa yang dilarangnya, maka hindarilah…” (QS. Al Hasyr: 7). Dalam hal bersiwak, Nabi Muhammad SAW menganjurkan muslim untuk membersihkan gigi mereka menggunakan Siwaak setiap hari, terutama pada saat bangun tidur, sebelum memulai wudhu, sebelum shalat, sebelum membaca membaca Quran, sebelum tidur, ketika memasuki rumah, dan ketika mulut memiliki bau busuk. Anjuran Rasulullah dalam pemakaian siwak tersirat dalam beberapa hadis seperti:
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siwak adalah pembersih mulut dan sebab ridhanya Rabb”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Dikisahkan oleh Abu Burda: Ayahku berkata,” Aku datang kepada Rasul dan melihat beliau membawa siwak di tangannya dan membersihkan giginya, sambil berkata,’U’ U’,”  
Abu huraira mengatakan: Rasul (salawat dan salam untuknya) berkata: jika saja aku tidak takut membebani orang-orang yang beriman (hadis yang diterjemahkan Zuhair menyebutkan orang-orang saja), aku akan meminta mereka untuk menggunakan siwak setiap sholat.
Diriwayatkan dari Hudzaifah ra., dia berkata, “Nabi Saw selalu menggosok giginya dengan siwak setiap bangun dari tidur malam hari (HR Bukhari ).
Ditinjau dari kesehatan gigi, siwak ternyata dapat meningkatkan status kesehatan jaringan periodontal. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap orang-orang Sudan menyebutkan bahwa status periodontal pengguna siwak lebih baik daripada status periodontal pengguna sikat gigi biasa (Darout dkk., 2000). Menurut penelitian Zaenab dkk. (2004), siwak tidak hanya membersihkan gigi, juga memiliki daya antibakteri terhadap beberapa bakteri penyebab penyakit gigi. Siwak mudah digunakan untuk menyikat gigi dengan baik, memberi busa pada mulut, meningkatkan air liur dan ramah lingkungan. Siwak mengandung kurang lebih 19 zat, yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan mulut. Kandungan siwak antara lain: bahan antiseptik, asam tanat yang bersifat astringensia dan minyak atsiri meningkatkan air liur. Menurut WHO, siwak dapat menghilangkan plak tanpa menyebabkan luka pada gigi (WHO, 1992).
Jadi secara kesehatan gigi, pemakaian siwak juga dianjurkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian siwak yaitu teknik menggunakannya. Teknik-teknik yang digunakan untuk menghilangkan plak secara mekanis mirip dengan penggunaan sikat gigi dan chewing stick, yaitu menyikat secara vertikal dan horisontal. Gerakan pembersihan harus selalu diarahkan jauh dari margin gingiva gigi (jauh dari gusi) pada permukaan bukal (permukaan gigi yang menghadap pipi) dan lingual (permukaan gigi yang menghadap ke lidah). Kehati-hatian harus diperhatikan untuk menghindari kerusakan jaringan lunak mulut. Kepuasan pembersihan dapat dicapai jika prosedur ini dilakukan selama lima menit (Safar Tour, 2010).

demikian jawaban saya atas skenario yang diberikan. mungkin masih sangat dangkal dan jauh dari yang diharapkan (iyalah, bikinnya cuma dalam waktu beberapa jam saja). namun semoga bermanfaat bagi pembaca. :D
referensi:
Al Hadist
Al Qur’an
Zaenab, Mardiastuti HW, Anny VP, Logawa B. 2004. Uji Antibakteri Siwak (Salvadora persica linn.) Terhadap Streptococcus mutans (atc31987) dan Bacteroides melaninogenicus. Makara Kesehatan, Vol. 8(2): 37-40
Darout IA, Albandar JM, Skaug N. 2000. Periodontal status of adult Sudanese habitual users of miswak chewing sticks or toothbrushes. Acta Odontol Scand. 58(1):25-30.
Safar Tour. 2010. Siwaak Sikat Gigi Alami. http://safartour.blogdetik.com/2010/08/06/ siwaak-sikat-gigi-alami/ (diunduh tanggal 24/05/2011)
World Health Organization. 1992. Recent Advances in Oral Health. Geneva: WHO Technical,: 2-13. Report No. 826.

0 komentar:

Posting Komentar

chating gratis

game